Banner 468 x 60px

 
Photobucket

Tuesday, June 12, 2012

Jalan Terjal Menuju DPR-RI

1 komentar
Ketika Partai Golkar dihujat, siapa yang membela? Ketika Partai Golkar hanya dinilai sebagai warisan orde baru, dan dituduh hanya sebagai penyelamat tokoh-tokoh yang merusak negara ini, siapa yang peduli? Ada yang mengatakan Golkar sudah habis dan tinggal sejarah, ada yang mengatakan Golkar hanya dihuni oleh orang-orang yang ingin merusak integritas Partai, dan bahkan ada yang mengatakan bahwa Golkar sudah kehilangan identitas kepartaiannya. Banyak pertanyaan yang memerlukan jawaban kompleks.
10 Tahun bukanlah waktu yang cukup untuk merobah paradigma partai, apalagi suasana negeri ini dalam kondisi transisi akut, tak satupun perkataan dinilai benar, tak satupun teriakkan memekakkan telinga, tak satupun tangisan membuat hati pilu, semua berlalu begitu saja , karena teriakan reformasi lebih keras lengkingannya ketimbang teriakan lapar masyarakat kelas bawah yang kian hari kian dipaksa untuk masuk pada antrian panjang penerima jatah BLT, atau antrian beras murah yang dinilai sebagian masyarakat sebagai program pembodohan.
          Siapa yang peduli untuk menemukan kembali identitas Golkar yang terpuruk akibat dihajar pengalaman traumatis pasca-orde baru? Hampir tak kita temukan, sekalipun ada, itu hanya berada pada tataran pusat. Daerah hampir tak mampu berbuat apa-apa. barangkali inilah yang melatari Azwir Daini Tara untuk tergerak pulang kampung, membenahi kondisi Golkar yang kian hari kian terpuruk di Sumatera Barat. Sesuai dengan prinsip Golkar pada paradigma barunya yaitu mengandalkan karya nyata dan menjaga komitmen moral untuk tetap dipercaya masyarakat.
Azwir Daini Tara banyak berperan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap Golkar di Sumatera Barat. Perjuangan yang begitu panjang dilaluinya hampir tanpa keluhan. Sejak tahun 1998 ia berbuat di Sumatera Barat demi kepentingan nasional, dan demi mengembalikan identitas Golkar. Loyalitas dan pengabdiannya selalu bertujuan untuk kepentingan orang banyak, ia seakan tak lagi peduli dengan usianya yang sebenarnya sudah mulai renta 64 tahun. Iapun tak peduli rasa sakit yang setiap saat bisa saja menyerang tubuhnya.
            Ketika hatinya mulai terusik oleh jeritan masyarakat, kakinyapun segera diayunkannya, sampai kepelosok nagari. Ia selalu ingin mengenal dan merasakan apa yang dirasakan masyarakat. Sikap dan pemikiran seorang Azwir Daini Tara tercermin dalam kepribadian sehari-harinya, ucapan dan perbuatannya sangat konsisten, hal ini terbukti dengan lahirnya Al-Tara Centre di Sumatera Barat.
Investasi sosial yang dilakukan Azwir Daini Tara melalui Al-Tara Centre tidak saja berdampak terhadap pribadinya, Partai Golkarpun seperti kembali pada format yang diinginkan orang banyak. Sentuhan langsung yang diberikan Azwir Daini Tara melalui Al-Tara Centre kepada masyarakat miskin yang minim fasilitas, telah mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap Golkar di Sumatera Barat. Beberapa unit ambulan yang disediakan oleh Al-Tara Relawan & Rescue yang menyebar hampir di seluruh wilayah Sumatera Barat, menjadikan Al-Tara Centre semakin dibutuhkan masyarakat. Al-Tara Centre yang dibangun dan difasilitasi oleh Azwir Daini Tara sekilas memang tidak ada kesan politik, namun semua orang tahu bahwa Azwir Daini Tara identik dengan Golkar.